“Maafkan bila ku tak sempurna, cinta ini tak mungkin ku cegah. Ayat-ayat cinta bercerita cintaku padamu. Bila bahagia mulai menyentuh seakan ku bisa hidup lebih lama. Namun harus ku tinggalkan cinta ketika ku bersujud”
Lirik diatas adalah penggalan lagu Ayat-ayat Cinta yang dinyanyikan oleh Rossa, saat mendengarkan lagu tersebut khayalan kita seakan dibawa jauh ke atas langit, menyadari bahwa cinta akan terasa lebih bermakna dalam hati,
disaat kita mencintai seseorang dengan tulus karena Allah, Sang Maha Pencipta, Sang Pemilik Cinta.
Lagu diatas adalah soundtrack dari film Ayat-ayat Cinta yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dengan dibintangi oleh Fedi Nuril sebagai Fahri, Rianti Cartwright sebagai Maria, Zaskia Adya Mecca sebagai Noura,
dan Melanie Putria sebagai Nurul.
Film Ayat-ayat Cinta ini diambil dari sebuah Novel dengan judul yang sama yaitu Ayat-Ayat Cinta karangan Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir. Sepintas, novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta.
Ayat-Ayat Cinta bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi Universitas Al-Azhar Mesir, bernama Fahri bin Abdullah Shiddiq, dalam kehidupannya sebagai seorang mahasiswa dia menemui banyak tantangan dalam hidup dari masalah keuangan, kesehatan, sampai urusan cinta dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir
Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem). Ceritanya bergulir cepat. Fahri dis ini menjadi pria ideal. Dengan Alicia, wartawan dari Amerika itu, ia mencoba menjawab semua pertanyaan tentang Islam itu apa. Ia merangkum berbagai tulisan untuk menjawabnya.
Dan setelah selesai, ia memberikan tulisan itu pada Alicia yang nantinya akan menerbitkannya di Amerika. Dengan Maria, gadis qibti itu, mereka berteman dengan sangat baik, Fahri berusaha menjadi tetangga yang baik bagi keluarga Maria. Dan semua kebaikan itu, menimbulkan pesona yang percikan apinya menyentuh hati Maria.
Dengan Nourma, ia menjadi pahlawannya. Ialah yang berani untuk menjauhkan Nourma dari orang tuanya yang galak, mencari tahu jati diri orang tua Nourma yang kemudian menyatukan Nourma dengan orang tua kandungnya. Dengan Nurul, anak kiai besar di pulau Jawa, mereka tahu kemana akan saling meminta tolong jika diperlukan.
Simpati itu timbul, dan bagi Fahri sendiri, nama Nurul mampu menggetarkan hatinya walaupun disatu sisi ia tahu ada perbedaan kufu dan perasaan rendah dirinya. Dengan Aisha, ia terlihat luar biasa dimata Aisha, kefasihannya,
kedalaman agamanya dan kemuliaan akhlaknya memikat hati Aisha.
Di sini cinta bersemi, tetapi dis ini juga cinta menemukan pelabuhannya. Dis ini cinta tak menjadi murahan yang diobral setiap saat ketika sesuatu belum jelas halalnya. Fahri memiliki rencana dalam hidupnya. Ditahun itu ia berniat menikah, tetapi ia akan membiarkan waktu mengalir dan biarkan Alloh yang menentukan takdirnya.
Tiba-tiba Nurul memintanya untuk menghubungi seorang kenalannya. Keterbatasan waktu Fahri membuatnya tak bisa memenuhi dengan cepat. Disisi lain Fahri diminta guru ngajinya untuk menikah dengan seorang yang memintanya yang dikemudian hari baru diketahui bernama Aisha.
Dis ini cinta menemukan jawabannya, tapi disini pula cinta menemukan kesendiriannya. Menikah bukanlah sekedar mencari pilihan. Ia harusnya menjadi pertimbangan objektif bukan subjektif. Kriteria disusun terlebih dahulu,
baru pilihan tiba. Seharusnya akal sehat yang bermain, sebab cinta lebih mudah tumbuh daripada karakter pribadi.
Setelah mengetahui siapa wanita itu, Fahri masuk kedalam suasana untuk lebih mengetahui visi dan mimpi calon istrinya. Dan keajaiban cinta berbicara, tak ada satupun yang menghalanginya.
Maka Khitbah dilakukan dan waktu pernikahan ditentukan. Tetapi ada waktu yang tak pernah bisa diputar ulang. Kenalan Nurul datang beberapa jam sebelum akad, dan menanyakan bersediakah Fahri menikahi Nurul.
Sebuah cobaan datang tepat dihari yang seharusnya bahagia itu. Kenapa terlambat? Kenapa hati yang tergetar hanya tuk satu nama itu terlambat mengetahuinya? Siapa yang salah? Pengecutkah Fahri dengan rasa rendah dirinya? Ada penyesalan hadir.
Tapi Fahri tak mungkin mundur, Fahri tak mungkin mengkhianati perjanjian yang sudah dilakukannya. Tapi ternyata hati ini harus menangis. Ada banyak hati yang patah, ada banyak hati yang menyesali kenapa waktu tak berpihak. Bagi Maria dan Nourma, pertanyaan yang tersisa adalah hanya menangisi yang tersisa. Kenapa bertepuk sebelah tangan?
Bagi Nurul, waktulah yang disesalinya. Kenapa terlambat? Andai waktu bisa berputar balik. (sebuah pertanyaan dan permintaan yang sama padaku terjadi beberapa waktu lalu). Tapi jodoh adalah urusan-Nya, bukan milik kita. Lihatlah bagaimana mereka menyikapinya.
Bagi Nurul, hidup harus berlanjut. Menikah bukanlah sebuah urusan yang bisa ditunda. Cinta itu tetap ada, tapi menghadapi realitas lebih penting lagi bagi jiwa matang yang menyandarkan cinta pada Sang Pemilik cinta. Nurul menerima lamaran dari pria lain, dengan keyakinan bahwa cinta adalah urusan-Nya, Dia akan menumbuhkan bunga lain ditaman hati jika Dia berkehendak.
Bagi Maria, ini adalah kepedihan. Maria sakit, koma, yang hanya terobati oleh Fahri. Atas kebesaran jiwa Aisha, istri Fahri, Fahri akhirnya diizinkan menikah dengan Maria. Se dangkan Nourma, ternyata ia hamil setelah diperkosa bapak angkatnya.
Dan cerita mengalir menuju klimaks ketika Nourma menuduh Fahri memperkosanya. Tapi kebenaran itu milik Allah, jawaban itu pun muncul diakhir cerita. Fahri bebas, Nourma mengakui kebohongannya adalah usaha agar Fahri mau menikah dengannya.
Lalu cinta itu apa? Pertanyaan itu masih tersisa dan mungkin kita punya jawabannya sendiri. Ia adalah sebuah hal abstrak, karunia-Nya agar kita tahu arti dari kasih sayang itu, agar hidup kita bisa selalu terpenuhi dengan senyum,
ketika kebahagiaan itu muncul melihat wajah saudaramu, kekasihmu atau orang tuamu. Bahkan udara ini pun bukti cinta-Nya pada kita. (berbagai sumber)