Sebuah kisah nyata yang dialami oleh teman penulis sendiri, sebut saja dia bernama V. Lahir dari sebuah keluarga yang lumayan berada, sehingga tak mengherankan dia memperoleh ‘fasilitas’ hidup yang lumayan enak, motor bagus, mobil keluaran terbaru, di dompet berbagai macam kartu ATM dan kredit selalu setia menemani kemanapun dia pergi.
Tak hanya itu, cewe manapun, secantik apapun pasti bisa dia taklukan, dan menjadikan sebagai pacarnya. Sehingga tak mengherankan, banyak sekali ‘mantan-mantan’nya. Ketika masih SMP saja dia sudah punya mantan 6 orang,
waktu SMA jiwa “playboy” nya semakin menjadi. Hingga kini setelah lulus kuliah dan bekerja di perusahaan “warisan” keluarganya, mungkin sudah tak terhitung lagi berapa orang gadis yang pernah jadi pacarnya.
Tajir, tampan, ditambah dia lumayan pintar telah menjadikannya sebagai sosok yang diimpikan oleh setiap gadis di dunia ini. Tak mengherankan, bila banyak cewe yang antri untuk menaklukan hatinya, bahkan ada segilintir cewek yang rela “didua” atau hanya sekedar “TTM”, yang terpenting bisa dekat dengan dia.
Emh…. He’s a perfect man. Setiap orang akan iri dengan keberuntungannya dalam hidup ini. Tapi…. Setajir, setampan dan sepintar apapun dia, dia hanya manusia biasa. Dan bagi setiap manusia pepatah “Nobody’s Perfect” tetap berlaku tanpa pandang bulu. Dan itu dialami juga oleh dia.
Kini dia sedang jatuh pada seorang gadis sederhana, seorang mahasiswi jurusan kedokteran. Menurut logika, akan dengan mudahnya dia menaklukan gadis tersebut. Tapi tunggu dulu…. Karena kenyataan berkata lain, pasalnya ternyata masih ada di dunia ini cewek yang begitu “alami” artinya dia tidak memandang harta, ketampanan dan popularitas. Karena kesederhanaannya itu, si V semakin jatuh cinta pada gadis tersebut. Tapi semakin dia mendekati gadis tersebut, si gadis malah seakan menjaga jarak dan lebih memilih berkonsentrasi dengan kuliahnya tersebut daripada melayani cintanya si V ini.
Pernah suatu waktu, si V berniat menjemput sang gadis ketika selesai kuliah. Penampilan oke, mobil mengkilap, tapi apa yang terjadi? sang gadis malah lebih memilih jalan bersama teman-temannya ketimbang naik mobil dengan si V. Padahal sebelumnya hal seperti ini tak pernah dialami oleh si V, siapapun dan secantik apapun cewe, pasti takkan menolak bila diajak oleh si V.
Sampai tulisan ini dibuat, perjuangan si v untuk menakluknya hati sang gadis tersebut masih terus berlangsung dan malah si V ini semakin mengintensifkan usahanya tersebut, dengan harapan suatu saat nanti, akhirnya hati sang gadis tersebut bisa luluh juga.
Ada sedikit pesan dari cerita yang dialami oleh teman penulis diatas. Sebagai manusia, sehebat apapun kita, tetap saja kita tidak bisa sesempurna Tuhan yang menciptakan kita. Pepatah “Nobody’s Perfect” memang layak disematkan kepada kita sebagai seorang manusia.
Setampan, setajir apapun kita, kalau Tuhan telah mentakdirkan kita untuk jatuh cinta pada seorang gadis, yang justru dia tidak memandang ketampanan dan ketajiran kita sebagai tujuan utama dalam hidupnya, tetap saja kita akan menghadapi kenyataan, ditolak.
Jadi pantaskah kita berkata “Jujur Saja, Cinta Tak Pernah Ditolak” hanya karena kita merasa jadi yang paling tampan atau yang tercantik, atau yang terkaya dan terpintar di bandingkan yang lain?