Sering kita membaca berita di media cetak dan mendengar/melihat tayangan di media elektronik, gara-gara tidak direstui orang tuanya, sepasang kekasih nekat bunuh diri karena dibakar api cemburu, seorang suami tega membunuh istrinya sendiri.
Juga lihatlah disekitar kita, sepasang ABG berduaan dengan sangat mesra di tempat umum yang membuat kita merasa risih. Itukah cerminan dari sebuah cinta? Dan sebenarnya apa arti cinta itu sendiri? Kita juga sering mengalami kesulitan untuk mendefinisikan cinta.
Seperti syair lagunya Michael Bolton “……you don’t know what is love…”. Saking sulitnya memahami apa itu cinta,
Dewa, salah satu group band yang digandrungi anak muda zaman sekarang, menyebut “cinta adalah misteri”
Sedangkan menurut Iip Wijayanto dalam seri Manajemen Cinta-nya, mengartikan cinta sebagai bahasa ekspresi yang paling universal, yang bisa diekspresikan oleh siapa saja dalam konteks bangunan hubungan apapun.
Baik itu cinta seorang ayah atau ibu kepada anak-anaknya, cinta seorang suami kepada istrinya, cinta seorang kakak kepada adik-adiknya, cinta seorang kepada sahabatnya dan cinta siapa kepada siapa atau apa saja.
Menarik memang membahas masalah cinta, bahkan Syaikhul Islam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menerbitkan sebuah kitab cinta yang berjudul Raudhah Al Muhibbin wa Nuhzah Al Musytaqin. Kitab ini mengartikan cinta dalam tiga pengertian, yaitu:
- Seperti singa dan pedang
- Seperti bencana besar
- Seperti arak yang memabukkan
Dramatis memang pengertian cinta ini,seolah cinta itu tiada yang berkonotasi positif. Tiga pengertian ini menyatu didalam cinta, sehingga muncul hampir enam puluh istilah untuk cinta, diantaranya adalah: kasih sayang (al-mahabbah), kerinduan (as sabwah), nafsu (al hawa), cinta yang membara (al jawa), sakit karena cinta (ad danafu), derita (al wasabu), kasih yang tulus (al wuddu) dan sahabat (al khilmu).
Tapi benarkah tidak ada definisi cinta yang baku sehingga kita selalu mencari dan bingung mengartikan cinta. Atau sebenarnya cinta adalah sesuatu yang sangat relatif sehingga bisa diartikan oleh siapa saja sesuai dengan keinginannya. Seperti yang sering dsitir oleh para penyair ”biarkan cinta tetap cinta?”
Menurut penulis, mengetahui apa itu cinta adalah sesuatu yang penting, karena kegagalan memahami cinta membawa kepada kesalahan mengekspresikan cinta dalam kehidupan ini. Kesalahan itu bisa berakibat fatal seperti kasus bunuh diri sepasang kekasih dan pembunuhan istri oleh suaminya sendiri atau pelanggaran moral etika seperti sepasang ABG mesra tadi. Kasus ini setidaknya bisa menggambarkan cinta seperti pendapat Al Jauziyah. Dan itu hanya sedikit contoh dari sekian banyak kisah cinta yang ada.
Sebagai seorang muslim sebenarnya kita tidak perlu bingung mengartikan cinta, karena semuanya telah diatur dalam Al Quran dan Hadits. Islam menempatkan cinta sebagaimana firman Allah SWT dalam QS At Taubah ayat 24:
“Katakanlah: jika bapak-bapak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu sukai daripada Allah dan Rasulnya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya.“
Dan Allah tidak memberi petunjuk bagi orang-orang yang fasiq. Berdasarkan ayat tersebut dapat kita buat hirarki cinta sebagai berikut:
- Mahabbatullah wa Rasulullah (mencintai Allah dan Rasulnya)
- Mahabbatunnas (mencintai manusia) dan
- Mahabbatul maal (mencintai harta)
Dalam perspektif substansinya, mahabbatullah disebut sebagai cinta ilahi, cinta langit atau cinta primer, sedangkan mahabbatunnas dan mahabbatul mal disebut cinta makhluk, cinta bumi atau cinta sekunder.
Cinta adalah panggilan hati, ekspresi dan konsekuensi, begitulah kata Kahlil Gibran dalam syairnya: “Pabila cinta memanggilmu, ikutlah dia walau jalannya terjal berliku-liku Dan pabila sayapnya merangkummu pasrah dan menyerahlah walau pedang yang tersembunyi Disela sayap itu melukaimu“
Islam memandang panggilan hati, ekspresi dan konsekuensi cinta ilahi, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para sahabat.
Al Jauziyah menggambarkan betapa tulusnya cinta tersebut sebagaimana syairnya: “Kupunya sekeping hati yang ditebari cinta karena cinta dia rela menghadap penyiksa Cinta merebut dirimu dengan pengorbanan jiwa kan kutebus pula sesuatu diatas jiwa”
Sedangkan dalam hubungannya dengan cinta makhluk Imam Ali bin Abi Thalib r.a. telah memberikan nasehat kepada kita “Cintailah kekasih Anda sekadarnya saja, karena bisa jadi pada suatu hari dia akan menjadi orang yang membencimu.
Dan bencilah orang yang membencimu sekedarnya saja, karena bisa jadi suatu hari dia akan menjadi kekasih Anda” Itulah cinta! Semoga kita bisa memahaminya, mengekspresikan dengan benar dan tidak terlena karenanya. Wallahu A’lam Bisshawab!