Kalau selama ini anda selalu mengira bahwa perayaan Valentine Day identik dengan sebuah acara hura-hura, atau acara yang kurang bermanfaat dan bermutu, mungkin pan dangan anda akan sedikit berubah bila anda menyimak dan tahu perayaan Valentine Day sebagai V-Day.
Yups, V-Day pertama kali digagas oleh Eve Ensler pada tahun 1998. Eve Ensler gencar mempromosikan Valentine Day sebagai V-Day, yang tujuan utamanya untuk mengakhiri dan mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan (Violence Against Women and Girl).
Dia berusaha membangkitkan kepeduliaan orang dari seluruh dunia terutama kaum pelajar dan mahasiswa untuk berusaha bersama-sama mengakhiri terjadinya kekerasan terhadap perempuan yang masih sering terjadi.
Sampai saat ini sudah hampir 3000 V-Day event berhasil digelar di seluruh pelosok dunia, terutama di Amerika. Untuk tahun ini V-Day ditujukan khusus untuk membangkitkan kepeduliaan dan perhatian orang dari seluruh terhadap kekerasan pada perempuan yang terjadi di Negara Republik Congo.
Tak bisa dipungkiri memang, kekerasan terhadap perempuan masih sering terjadi di kalangan masyarakat kita. Dan kebanyakan perempuan yang jadi korban kekerasan tersebut, tidak pernah mau membicarakan atau melaporkan kekerasan yang menimpa dirinya tersebut karena alasan malu, takut atau bahkan mereka merasa bahwa bagaimanapun kekerasan yang menimpa dirinya tersebut adalah tanggungjawabnya sendiri, tanpa perlu melibatkan orang lain.
Alhasil, kekerasan terhadap perempuan pun ibarat puncak gunung es di lautan, dari luar tampak kecil tapi dari dalam menyimpan berbagai macam kasus.
So, kalau anda ingin perayaan Valentine Day anda lebih berharga dan bermakna, kenapa tidak merayakan Valentine Day sebagai V-Day (Violence Against Women)!