Akhir pekan lalu, penulis menerima SMS dari salah satu teman penulis di Bandung – sebut saja dia bernama Vina – kalau dia minta di temenin jalan-jalan ke salah satu pusat kerajinan tangan di Tasikmalaya.
Entah emang lagi trend sekarang ini, Wisata Belanja kini telah dijadikan alternatif mengisi akhir pekan oleh sebagian besar orang termasuk oleh teman penulis yang satu ini, tentunya.
Yups… dia merasa bosan dengan kehidupan kota kembang, bosan dengan hiruk pokok keramaian kota, bosan dengan kemacetan yang terjadi setiap jam. Makanya kemudian dia mencari alternatif untuk menghilangkan sejenak kebosanannya itu. Dan Wisata Belanja inilah yang dia pilih.
“Kalau belanja ke mall-mall, plaza, atau supermarket itu sich biasa, dan nggak ada istimewanya” demikian yang dikatakan oleh teman penulis. Dan tak mengherankan bila kemudian dia minta ditemenin untuk berwisata belanja ke Rajapolah, salah satu kota kecil di Tasikmalaya yang merupakan pusat kerajinan tangan.
Sebelum berangkat ke Rajapolah, ada sedikit rasa enggan di hati penulis untuk menginjakkan lagi kaki di Rajapolah,
maklum beberapa bulan yang lalu, kota ini pernah membuat hati penulis sakit. Tapi… demi seorang teman,
akhirnya penulis jadi juga berwisata belanja ke Rajapolah ini.
Sampai di Rajapolah, sesuai dengan makna Rajapolah, disini adalah surga bagi pencinta kerajinan tangan, berbagai macam kerajinan tangan mulai dari yang namanya samak sampai dudukuy cetok ada disini. Dan semua ini, benar-benar diproduksi secara manual oleh pangrajin dengan mengandalkan keterampilan tangan, tanpa menggunakan mesin atau peralatan canggih lainnya. Jadi bisa anda bayangkan, hasilnya adalah setiap barang memiliki keunikan tersendiri.
Cerita selanjutnya? Bagi anda yang pernah menemani wanita (entah itu istri, pacar atau temen) untuk berbelanja pasti sudah tahu dech, apa dan bagaimana kalau wanita sedang berbelanja. Proses tawar menawar harga sampai terjadinya kesepakatan bisa berlangsung sangat lama, he…he… tapi…. Disinilah sebenarnya letak kepuasaan dari yang namanya wisata belanja. Kepuasaan yang tak bisa dilukiskan oleh kata-kata, saat kita bisa menawar suatu barang dan membelinya sesuai dengan harga yang kita inginkan, itulah kata Vina, teman penulis.
Setelah berhasil membeli barang-barang ‘unik dan langka’, tak lupa penulis menyempatkan diri untuk membeli dulu surabi -makanan tradisional khas Sunda yang sekarang ini jarang sekali ditemukan- maklum setelah beberapa jam berkeliling dari satu toko ke toko lain, akhirnya penulis lapar juga.
Sekira pukul tiga sore, penulis dan teman penulis akhirya mengakhiri wisata belanja ini. Di sepanjang perjalanan pulang, penulis jadi teringat kenangan zaman dulu, waktu penulis masih sering ke Rajapolah?